MAKALAH
BAHASA
INDONESIA
“Kaidah
Bahasa Indonesia”
OLEH :
KELOMPOK 2








Universitas Negeri Makassar
FIS
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT , karena atas anugerah dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, adapun judul makalah ini
adalah Kaidah Bahasa Indonesia. Makalah ini mencakup tentang bagaimana
kaidah-kaidah dalam bahasa indonesia.
Tak
lupa pula kami mengucapakan terima kasih kepada Bapak Bahtiar selaku Dosen
Pengajar Bahasa Indonesia, dan Semua pihak yang membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Sangatlah
disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam penyusunannya dan
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan masukan baik saran
maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.
Makassar, 5 Desember 2014
Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR
ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar
Belakang................................................................................1
B. Rumusan
Masalah...........................................................................2
C. Tujuan
Penulisan.............................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................3-16
1. Kaidah
Bahasa Indonesia............................................................3-4
2. Tata
Tulis (Ejaan).......................................................................4-12
3. Tata
Pembentukan Kata................................................................13
4. Tata
Pilihan Kata.....................................................................13-14
5. Tata
Penulisan Kalimat Efektif...............................................14-15
6. Tata
Penulisan Paragraf yang Baik...............................................16
7. Teknik
Pengembangan Paragraf...................................................16
BAB III
KESIMPULAN................................................................................17
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa
sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan
agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu
bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang
dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam yang berbeda.
Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai
sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan
ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa
itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat.
Jadi jika
kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga
sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam
hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak
kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan
terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke
atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”
Untuk itu
ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar,
yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di
samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Kaidah Bahasa Indonesia.?
2. Bagaimana
Tata Pengejaan dalam Bahasa Indonesia.?
3. Bagaimana
Tata Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.?
4. Bagaimana
Tata Pemilihan Kata dalam Bahasa Indonesia.?
5. Bagaimana
Tata Penulisan Kalimat Efektif dalam Bahasa Indonesia.?
6. Bagaimana
Tata Penulisan Paragraf yang Baik dalam Bahasa Indonesia.?
7. Bagaimana
Teknik Pengembangan Paragraf dalam Bahasa Indonesia.?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas diskusi dari mata kuliah Bahasa Indonesia dan untuk
mengetahui kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kaidah Bahasa
Indonesia
Ada beberapa
hal yang perlu kita cermati. Pertama, tampaknya pengertian bahasa yang baik dan
benar itu belum dipahami oleh sebagian orang. Kedua, ada anggapan bahwa di mana
dan kapan saja berada, kita harus berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Apakah memang demikian?
Komoditi
sebagai penulisannya yang benar, yang standar atau baku. Sebaliknya penulisan
komoditas kita lupakan, kita tinggalkan karena salah, tidak bertaat asas pada
kaidah EYD yang wajib kita junjung tinggi dalam penegakan hukum dalam segala
bidang kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam acara
yang resmi, seperti tayangan berita, kata Remy, diperlukan bahasa Indonesia
yang tertib. “Kemudian dalam acara yang tergolong populer, menyangkut semua
aspek kemasyarakatan, kebudayaan dan kesenian seyogyanya tidak perlu ada
pagar-pagar bahasa yang membuat bahasa menjadi kering, tidak mengalir, tidak
intuitif, tidak hidup, sejauh tentu saja itu tidak merupakan bahasa yang kasar,
tidak santun, dan tidak senonoh menurut kaidah moralitas statistik,” katanya.
Kepatuhan
setiap warga negara pada ketetapan yang digariskan oleh Pusat Bahasa seperti
antara lain pembakuan kosa kata, dapat dipandang sebagai partisipasi aktif yang
positif dalam membina terwujudnya bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Di pihak lain,
pakar bahasa menyarankan pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah, tetapi di
pihak lain masyarakat masih terbiasa berbahasa dengan mengabaikan kaidah bahasa
Indonesia.
Namun, tidak
berarti kesalahan itu kita biarkan berlarut-larut. Akan tetapi, tampaknya dalam
pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat, baik bahasa formal atau bahasa
sehari-hari, lisan atau tulisan, selera “pasar” juga berlaku, terlepas dari
baku atau tidaknya.
Memang dalam
bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau frasa yang maknanya samar atau tidak
jelas. Betapa sering pejabat Indonesia mengatakan, “Untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, bla bla bla….” Tidak diinginkan oleh siapa? Tidak jelas.
Apa hal-hal yang tidak diinginkan itu? Juga tidak jelas.
Perbedaan
makna kata betina dengan wanita atau betina dengan perempuan itu sudah jelas
bagi kita. Akan tetapi, apa beda antara wanita dan perempuan ini yang belum
jelas.
Yang
mengherankan adalah bahwa dalam tulisan-tulisan surat kabar hampir selalu
hipnotis (adjektiva) dipakai sebagai nomina, atau verba (mestinya:
menghipnosis) dibentuk berdasarkan adjektiva. Mayoritas penutur bahasa
Indonesia sudah kerap mendengar atau mengenal EYD sebagai akronim dari Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, tetapi belum memahami sepenuhnya.
B. Tata Tulis (Ejaan)
dalam Bahasa Indonesia
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan
peraturan bagaimana melambnagkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan
antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
Secara tekhnis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
kata, dan pemakaian tanda baca.
Berikut adalah perkembangan ejaan dari Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD
:
a.
Ejaan Vab Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan
huruf laitn, yang disebut ejaan van ophuijsen. Van ophuijsen merancang ejaan
itu yang dibantu oleh engku nawawi gelar soetan ma’moer dan moehammad taib
soetan ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan van ophuijsen adalah sebagai berikut
:
1) Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang,
pajah, sajang.
2) Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, oemoer.
3) Tanda diakritik, seperti kma, ain, dan tanda trema,
dipakai untuk menuliskan kata-kata ma’moer, akal, ta, pa, dinamai.
b.
Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 maret 1947 ejaan soewandi diresmikan
untuk menggantikan ejaan van ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi
julukan ejaan republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan
pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.
1) Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu,
umur.
2) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k,
seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
3) Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti
anak2, berjalan2, ke-barat2-an.
4) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah,
dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis, dikarang.
c.
Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan indonesia dan melayu
(slametmulyasana-syeh nasir bin ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan
bersama yang kemudiaan dikenal dengan nama ejaan melindo (melayu-indonesia).
Perkembangan politik selama tahun-tanhu berikutnya mengurngkan peresmian ejaan
itu.
d. Ejaan bahasa indonesia yang
disempurnakan
Tata tulis (ejaan)
Ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan (eyd) telah
diberlakukan sejak tahun 1972 berdasarkan kepres no. 57 tahun 1972. Kaidah ini
mengatur tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda
baca.
1. Penulisan Huruf
Dalam ejaan bahasa indonesia ynag disempurnkan,
penulisan huruf menyamngkut dua masalah, yaitu :
A). Penulisan huruf besar atau capital
Kaidah penulisan huruf kapital itu adalah sebagai
berikut.
1. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama
kalimat berupa petikan langsung.
2. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama
Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya,
sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan tanda hubung (-)
3. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar (kehormatan, keturunan, agama), jabata, dan pangkat ynag diikuti
nama orang.
4. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang
digunakan sebagai nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika
kata-kata digunakan sebgai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.
5. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebgai huruf
pertama nama bnagsa, suku, dan bahasa.
6. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
7. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebgai huruf
pertama nama khas geografi
8. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama
dokumentasi resmi
9. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebgai huruf
pertama semua kata di dalam nama buku, kecuali kata partikel seperti di,
ke, dari, untuk, dan yang, yang terletak pada posisi awal.
10. Huruf besar atau kapital dipakai dalam singkatan nama
gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter.
11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Singkatan pak, bu,
kak, dik, dan sebgainya hanya digunakan sebagi sapaan atau jika diikuti oleh
nama orang/nama jabatan. Kata anda juga di awali huruf kapital.
B). Penulisan huruf miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nam buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan
tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai engan
garis bawah satu.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegasakan
atau mengkhususkan huruf, bagia kata, atau kelompok kata.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahsa asing atau bahasa daerah, kecuali
yang disesuaikan ejaanya.
2. Penulisan Kata
Mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan,
kata ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang
berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau
akhiran) ditulisakn serangkai dengan kata dasarnya. Klau gabungan kata hanya
mendapat awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan
saja.
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan,
hendaknya dibatsai pada tulisan cepat atau pencatat saja. Pada tulisan ynag
memerlukan keresmian, kata ulang ditulis secara lengkap.
Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk
bagian-bagiannya dituliskan terpisah. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai
satu kata dituliskan serangkai. Selai itu, kalua salah satu unsurnya tidak
dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, hanya
muncul dalam kombinasi, unsur itu harus dituliskan serangkai dengan unsur
lainnya.
Kata ganti ku dan kau yang ada pertaliannya dengan aku
dan engaku ditulis serangakai dengan kata ynag mengikutinya. Kata ganti ku, mu,
dan nya yang pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia ditulis serangkai dengan
yang mendahuluinya.
Kata depan , di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan dati kata yang sudah
dianggap padu benar, seperti kepada dan daripada.
Parikel “pun” dipisahkan
dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir seperti lepas.
Partikel
”per” yang berarti “mulai”,
“demi”, dan “tiap” ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang
mendampinginya.
Angka dipakai unutk menyatakan lambang bilangan atau
nomor. Tulisan lazim digunakan angak arab atau angka romawi. Angka digunakan
untuk menyatakan ukuran panjang, satuan waktu dan nila uang. Selain itu, angak
lazim juga dipai unutk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat dan digunakan juga untuk menomori karangan atau bagian-bagiannya.
3. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam
bahasa indonesia dapat idbagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur yang belum
sepenuhnya terserap dalam bahasa indonesia, seperti reshuffle, shuttle, cock,
I’exlotaciton, unsur- unsur ini dipakai dalam konteks bahasa indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua unsur asing yang pengucapannya dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahsa indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya
diubah seperlunya hingga bentuk indonesianyam masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya. Disamping itu, akhiran yang berasal dari bahsa asing
diserap sebagi bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisai, implementasi,
dan objektif diserap secara utuh disamping kata standar, implemen dan objek.
4. Pemakaian Tanda Baca
Pemakaian tanda baca dalm ejaan bahsa indonesia ynag
disempurnakan mencakup pengaturan :
a. Tanda titik
1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
2. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan.
3. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau
ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang
terdiri atas dua huruf diberi dua buah tanda titik, sednagkan singkatan yang
terdiri atas tiga buah huruf atau lebih hanya idberi satu buah tanda titik.
4. Tanda titik digunakan pada angka yang
menyatkan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya.
5. Tanda titik digunakan pada singkatan yang
terdiri atas huruf-huruf awal kata atausuku kata dan pada singkatan yang dieja seperti
kata (akronim).
6. Tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan
lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
7. Tanda titik tidak dugunakan di belakang judul
yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi tebel, dan sebgainya.
8. Tanda titik tidak digunakan dibelakang alamat
pengirim dan tanggal surat serta di belakang nama dan alamat penerima surat.
b.
Tanda Koma
Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan
dan kapan tanda koma tidak digunakan :
a) Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam
suatu pemerincian atau pembilangan.
b) Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
tetapi, melainkan, dan sedangkan.
c) Tanda koma harus digunakan unutk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk
kalmatnya.
d) Tanda koma harus digunakan di belakanh kata atau
ungkapan penghuung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
e) Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata
seperti o, ya , wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
f) Tanda koma
digunakan untuku memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
g) Tanda koma digunkan di antara nama dan alamat,
baggian-bagian alamat, tempat dan tanggal dan nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis, berurutan.
h) Tanda koma digunkan unutk menceraikan bagian nama ynag
dibalik susunanya dalam daftar pustaka.
i) Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga
atau marga.
j) Tanda koma digunakan unutk mengapit keterangan
tambahan dan keterangan aposisi
k) Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak
kaliamt dari induk kalimat apabila anak kaliamt tersebut mengiringi induk
kalimat.
c.
Tanda titik koma
Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
d.
Tanda titik dua
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengakap bila didikuti rangkaian atau pemerian.
b) Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau
pemerian itu merupakan
pelengkapan ynag mengakhiri pernyataan.
e. Tanda
hubung
a) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan
bagian-bagian ungkapan.
b) Tanda hubung dapat dipakai untuk merangkaiakan se
dengan kata berikutnya ynag dimulai dengan huruf kapital, ke dengan angka, dan
singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
f. Tanda
pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menegaskan
adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga klaimat menjadi lebih jelas,
dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang bererati ‘sampai dengan’
atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’, panjangnya dua
ketukan.
g.
Tanda petik
Tanda petik dipakai unutk mengapit petikan langsung
judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
h. Tanda petik tunggal
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
i.
Tanda apostrof
Tanda apostrof digunakan unutk menyingkat kata. Tanda
ini banyak digunakan dalam ragam sastra.
j.
Garis miring
Garis miring dipakai untuk menyatakan :
a) Dan atau atau;
b) Per yang artinya “tiap”
c) Tahun tahun akademik/tahun ajaran
d) Nomor rumah setelah nomor jalan
e) Nomor surat
C. Tata Pembentukan Kata
Dalam penulisan karya ilmiah, penulis perlu memahami
bentuk-bentuk kata yang benar dalam bahasa indonesia, yaitu yang sesuai dengan
kaidah pembentukan kata. Hal ini dikarenakan bentuk-bentuk kata yang benar atau
baku itulah yang harus digunakan dalam penulisan karya ilmiah.
Dalam konteks tersebut, pembentukan kata dalam bahsaa
indonesia dapat dilakukan dengan pengimbuhan, pengulangan, penggabungan imbuhan
dan pengulangan imbuhan, serta penggabungan kata dasar, atau penggabungan unsur
terikat kata dasar.
D. Tata Pilihan Kata
Pilihan kata merupakan hal yang paling penting dalam penulisan
karya ilmiahg karena pilihan kata yang digunakan akan menentukan kejelasan
informasi yang disampaikan. Jika pilihan kata yang tidak tepat, hal itu selain
dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan dan terganggunya
kejelasan informasi yang disampaikan. Untuk itu, agar dapat memilih kata secara
tepat, penulis karya sastra perlu memahami kriteria pemilihan kata bahsa
indonesia, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.
A.
Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan
kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapakan gagasan
secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca.
Oleh karena itu, penulis dituntu mampu memahami: perbedaan makana denotasi dan
konotasi, perbedaan makna kata-kata bersinonim, penggunaan kata atau ungkapan
eufemisme, serta penggunaan kata kongkret dan abstrak.
B.
Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan
kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk
mengungkapkan gagasan tertentu. Agar dapat memilih kata secara cerat, penuls
dituntut utnuk mampu memahami ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan
kata-kata yang dapat menyebabkan kemubaziran, serta kata-kata yang berlebihan atau
yang berbunga-bunga.
C.
Keserasian
Keserasian dalam pemilihan
kata berkaitan dengan kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata yang sesuai
dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian kata itu dapt berupa konteks
kebahasaan dan dapat pula berupa konteks nonkebahasaan.
E. Tata penulisan kalimat efektif
Penulisan kalimat efektif dalam karya ilmiah haru
jelas, mudah dipahami, dan tersusun secar sistemis sesuai dengan kaidah yang
berlaku. Berkenaan dengan itu, suatu kalimat dapat disebut efektif jika
memenuhi kriteria:
A.
Kelengkapan
unsur kalimat
Kalimat yang efektif harus
memiliki untsur-unsur yang lengkap, dan unsur-unsur tersebut dinyatakan secara
eksplit. Untuk itu, kalimat yang efektif sekurang-kuarangya harus memiliki
unsur subjek dan predikat. Agar kelengkapan itu terpenuhi, subjek pada awal
kalimat hendaknya tidak didahului kata depan, predikat kalimtanya jelas, dan
tidak tredapat pemenggalan bagian kalimat. Disamping itu ungkapan penghubung
dalam kalimat majemuk juga harus dinyatakan secara eksplit.
B.
Kejelasan
informasi
Kalimat dikatakan efektif
selain karena mengandung unsur-unsur ynag lengakp, juga mengandung informasi
yang jelas atau mudah dipahami. Kejelasan informasi itu dapat dicapai jika di
dalam sebuah kalimat tidak terkandung; ketaksaan, salah nalar, dan kerancuan.
C.
Kesejajaran
Kalimat yang efektif juga
harus mengandung kesejajaran antara gagasan yang diungkapakn dan bentuk bahasa
sebagai sarana pengungkapannya. Kesejajaran itu dalam penggunaan bahasa cukup
penting. Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan
keserasian. Sementara itu, jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang
diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkpakan
menjadi lebih sistematis sehingga mudah dipahami. Kesejajaran itu dibedakan
atas kesejajaran bentuk, kesejajaran makna, dan kesejajaran bentuk berikut
maknanya.
D.
Kehematan
Kehematan merupakan salah
satu ciri kalimat efektif. Dalam penyusunan kalimat, kehematan ini dapat
diperoleh dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang tidak diperlukan
atau yang mubazir. Hal itu, antara lain, berupa penghilangan subjek ganda,
bentuk bersinonim dan bentuk jamak ganda.
E.
Variatif
Kalimat efektif juga
mengutamakan variasi bentuk pengungkapan atau gaya pengungkapan kalimtanya.
Variasi semacam itu dapat dicapai dengan menggunakan bentuk inversi, bentuk
pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek.
Sebagai catatan akhir pada
bagian ini perlu dikemukakan bahwa dalam proses penyusunan kalimat, pemakai
bahasa tidak hanya dituntut untuk mampu menguasai kaidah tata bahasa, tetapi
dituntut pula untuk mampu memilih dan menggunakan kata-kata secara tepat,
cermat, dan serasi. Dengan penguasaan kaidah dan kemampuan memilih kata secara
tepat, pemakai bahasa diharapkan dapat menyusun kalimat secara lebih tepat dan
efektif.
F. Tata Penulisan Paragraf Yang Baik
Paragraf merupakan rangkaian beberapa kalimat yang
mengandung satu kesatuan gagasan. Dalam penulisan bahan ajar, paragraf dapat
dikategorikan sebagai paragraf yang baik jika memenuhi lima kriteria. Kelima
kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Adanya satu kesatuan gagasan
b. Adanya kepaduan
hubungan antarkalimat
c. Adanya ketuntasan informasi
d. Adanya konsistensi sudut pandang
e. Adanya keruntutan penyajian
G. Teknik pengembangan paragraf
Dalam penulisan bahan ajar paragraf dikembangkan
dengan berbagai cara. Cara atau teknik yang digunakan pengembangan paragraf itu
umumnya bergantung pada keluasan pandangan atau pengalaman penulis dan juga
materi yang ditulis itu sendiri. Meskipun demikian, paling tidak dapat
disebutkan adanya beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf.
Cara-cara yang dimaksud antara lain:
a.
Pengembangan
dengan klasifikasi
b.
Pengembangan
dengan defenisi
c.
Pengembangan
dengan analogi
d.
Pengembangan
dengan contoh
e.
Pengembangan
dengan fakta.
KESIMPULAN
Bahasa sebagai salah satu sarana
komunikasi antar sesama manusia tentunyabertujuan agar dapat dimengerti oleh
manusia lainnya. Meskipun berbicara dalamsatu bahasa yang sama, dalam hal ini
Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing
kelompok menggunakan ragam yang berbeda.
Untuk itu
ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar,
yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di
samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.
DAFTAR PUSTAKA
Rapi
Tang, Muhammad, Prof. Dr, M. S, dkk. Pengembangan Kepribadian Bahasa
Indonesia. Makassar : Badan Penerbit UNM.
Syahruddin., Mansur Ga’ga., & Andi Hasrianti.(2011).
Mari Berbahasa Indonesia
yang Baik dan Bena. Makassar: CV.Permata Ilmu
http://lifeiseducation09.blogspot.com/2013/01/penerapan-kaidah-bahasa-indonesia_5842.html
Trimks ya..
BalasHapus