Kamis, 25 Desember 2014

sosiologi berparadigma ganda


“RINGKASAN”
SOSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN BERPARADIGMA GANDA

NAMA            : Rahmawati
NIM                 : 1463042028



FAKULTAS ILMU SOSIAL PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2014/2015
 
      A. Paradigma Fakta Sosial
Exemplar pradigma Fakta Sosial diambil dari kedua karya Durkheim yaituThe Rule of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Durkheim membangun konsep fakta sosial yang kemudian diterapkannya dalam mempelajari gejala bunuh diri. Ia membangun konsep fakta sosial untuk memisahkan sosiologi dari arena persaingan pengaruh antara psikologi dan filsafat positif Auguste Comte dan Herbert Spencer yang mengarahkan sosiologi kepada dunia ide atau pemikiran spekulatif. Menurut Durkheim, fakta sosial  dinyatakan sebagai barang sesuatu yang berbeda dengan ide dan tidak dapat dipahami melalui pemikiran spekulatif tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil.
 Fakta sosial dibedakan atas dua jenis : 1) Dalam bentuk materil yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Contohnya arsitektur dan norma hukum. 2) Dalam bentuk non materil yaitu barang sesuatu yang dianggap ada dan tak harus nyata yang merupakan sesuatu yang ada dalam pemikiran manusia. Contohnya egoisme, altruisme dan opini. Penganut paradigma fakta sosial modern cenderung mengabaikan dalih konsepsi Durkheim dan mempercayai bahwa fakta sosialhanya sekedar dinyatakan sebagai barang sesuatu tetapi benar-benar sebagaibarang sesuatu yang nyata. Pandangan ini diperlihatkan oleh Charles Warriner yang membuktikan bahwa kelompok adalah real.
Durkheim dalam karya selanjutnya menghubungkan anatar fakta sosial dan pranata sosial. Tetapi menurut pengikutnya Marcel Mauce dan P.Fanconnet, fakta sosial itu bersifat eksternal terhadap individu yang sunggguh-sungguh ada dan terpisah dari individu serta mempengaruhinya.
Teori yang tergolong dalam paradigma fakta sosial antaralain teori fungsionalisme-struktural, teori konflik, teori sistem dan sosiologi makro. Yang terpenting ialah teori fungsional struktural dan teori konflik. Dalam penyelidikan terhadap kedua teori tersebut Ritzer lebih banyak melihat kepada proposisi yang menekankan segi persamaannya daripada perbedaan antara keduanya. Karya Robert Merton adalah adalah yang paling menonjol dalam teori fungsional struktural karena ia berhasil menghubungkan antara konflik dan perubahan masyarakat dengan memusatkan perhatiannya pada persoalan disfungi, keseimbangan dan fungsi alternatif. Hubungan ini ditunjukkan pula oleh Herbert Gans yang menggunakan model merton dalam mempelajari kemiskinan, bahwa teori fungsional struktural  dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpualan yang radikal tentang persoalan konflik dan perubahan sosial. Dahrendorf menekankan bahwa kedua teori itu harus digunakan secara alternatif. Teori konflik dapat digunakan untuk menganalisa konflik sosial sedangkan teori fungsional struktural dapat digunakan untuk menganalisa tentang keteraturan sosial. Cuma menurut Ritzer pendapat itu kurang kena atau berada pada posisi yang tidak mengenakan.
Dalam penelitiannya paradigma fakta sosial cenderung memakai metode interviewlquestionnaire. Tetapi menurut Ritzer cara terbaik untuk mempelajari fakta sosial adalah dengan metode historis dan komparatif. Contoh yang baik dalam hal ini ialah studi komparatif  Weber tentang agama dan kapitalisme.
B. Paradigma Definisi Sosiologi
    Exemplar paradigma ini adalah salah satu aspek yang sangat khusus dari karya Weber, yakni dalam analisanya tentang tindakan sosial. Yang dimaksudkannya dengan tindakan sosial adalah tindakan individu yang sepanjang tindakannya mempunyai arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Misalnya seseorang melemparkan batu kedalam sungai bukan tindakan sosial tapi tindakan tersebut dapat berubah menjadi tindakan sosial kalau dilemparkannya batu yaitu untuk menggangu seseorang yang sedang memancing misalnya. Untuk mempelajari fenomena demikian Weber menyarankan untuk menggunakan metode interpretative-understanding atau yang lebih dikenal sebagai metode verstehen. Untuk meyakinkan suatu perbuatan mempunyai arti subjektif dan diarahkan kepada orang lain, mereka harus mengamati proses sosial untuk  dapat mengambil kesimpulan.
   Ada tiga teori utama yang termasuk ke dalam pradigma ini yaitu TeoriAksi, Teori Interaksionisme Simbolik dan Teori Fenomenologi. Teori aksi (Action tbeory)diangkat dari karya Max Weber. Namun banyak juga sosiolog lainyang  telah bekerja pula dengan teori aksi seperti Talcott Parsons. Sama seperti Waber, Parsons bertolak dari mikroskopik ke arah yang lebih makroskopik. Menurut Parsons teori aksi beda dengan teori Behaviorisme, suatu teori yang menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan dan mengabaikan aspek subyektif tindakan manusia adalah teori Behavivor dan bukan termasuk teori aksi.
   Teori Interaksionisme-Simbolik berkembang pertama kali di Universitas Chicago sehingga dikenal sebagai aliran Chicago.Para pendukung teori Interaksionisme-Simbolik yang mula-mula seperti Cooley, Mead, Park, Faris dan WI Thomas yang kesemuanya sekaligus sebagai penganut Teori Aksi dan Interaksionisme-Simbolik yang berhubungan erat dengan aliran Chicago. Mereka terkenal sebagai orang yang menolak kedua paradigma lainnya itu karena tidak mengakui arti penting kedudukan individu. Teori Interaksionisme-Simbolik menentang Behaviorisme Radikalyang dipelopori J.B Watson yang tercermin dari gagasan G.H Mead yang membedakan teori ini dengan teori Behaviorisme Radikal. Ada juga tokoh lain yang memberikan penjelasan tentang perbedaan dua teori tersebut yaitu Herbert Blumer. Menurut Blumer Teori Interaksionisme-Simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain.
   Teori fenomologi muncul sebagai hasil tradisi perbedaan antara teori tindakan dan teori Interaksionisme-Simbolik, yang dapat pula dirunut kembali kepada karya Weber. Persoalan pokok yang hendak diterangkan teori ini yakni bagaimana kehidupan bermasyarakat itu dapat terbentuk. Alfred Schutz sebagai tiokoh dari teori ini bertolak dari pandangan Weber. Schutz mengkhususkan perhatiannya pada satu bentuk dari subyektivitas yang disebut intersubyektivitas. Konsep ini mengacu pada kenyataan bahwa kelompok-kelompok sosial saling menginterprestasikan tindakannya. Teori ini dapat pula dibedakan atas dasar metodologi yang direncanakannya untuk mengganggu situasi sosial, sehingga dengan demikian “dunia yang benar adanya itu” dapat dipelajari.
    Metode yang umum digunakan penganut paradigma definisi sosial ialah observasi. Orang takkan dapat mempelajari proses berpikir aktor hanya dengan mengamati proses interaksi secara selintas. Penganut paradigma ini harus mampu mengambil kesimpulan terhadap sesuatu yang timbul dari kekuatan intrasubyektif dan intersubyektif dari gejala yang diamatinya. Metode observasi ini sama halnya dengan interviu dan kuesioner, mekipun sering dipergunakan namun tidak terlalu sesuai dengan sasaran studi paradigma definisi sosial ini karena metode ini kurang relevan. Melalui penggunaan metode observasi dapat disimpulkan hal-hal yang bersifat intrasubjektif dan intersubjektif yang timbul dari tindakan aktor yang diamati.

C. Paradigma Perilaku Sosial
     Yang menjadi pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini ialah perilaku atau tingkahlaku dan perulangannya. Exemplar dari paradigma ini yaitu karya dari B.F Skiner. Melalui karya itu Skiner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Menurutnya pradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang mistik. Maksudnya fakta sosial yang terdiri atas struktur sosial dan pranata sosial yang menjadi obyek studi paradigma fakta sosial serta sesuatu yang terjadi dalam pemikiran manusia berupa ‘tanggapan kreatif’ terhadap sesuatu rangsangan atau stimulus dari luar dirinya.
    Paradigma perilaku sosisal memusatkan perhatiannya pada hubungan antara individu dan lingkungannya,baik lingkungan bermacam-macam obyek sosial ataupun objek nonsosial.Penganut paradigma ini memusatkan perhatian pada proses interaksi perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial dengan paradigma fakta sosial terletak pada sumber pengendalian tingkah laku individu.
   Ada dua teori  yang termasuk dalam paradigma perilaku sosial yaitu pertama teori behavioral.Teori ini berupaya untuk menerapakan sacara langsung prinsip-prinsip behavioral kedalam persoalan sosiologi. Yang menjadi perhatian Behavioral Sociologi adalah hubungan historis antara tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang.Teori  kedua adalah teori Exchange (pertukaran).Tokoh utamanya adalah George Horman yang teorinya di pengaruhi oleh karya B.F.Skinner.Horman menyatukan prinsip psikologi Behavioral dengan sosiologi pada tingkat mikroskopis yang selanjutnya di luaskan ketingkat maskroskopik oleh Peter Blau.Blau mencoba  menyatukan pandangan paradigma fakta sosial dan paradigma perilaku sosial dan paradigma perilaku sosial dan dalam prosesnya ia membuat suatu orientasi yang berbeda sama sekali dari paradigma yang lain. 
    Penganut paradigma ini kebanyakan sering menggunakan metode eksperimen. Metode ini memberikan kemungkinan bagi peneliti untuk mengontrol kondisi obyek dan kondisi lingkungan disekitarnya. Walaupun eksperimen merupakan suatu penelitian langsung yang agak baik terhadap tingkahlaku aktor, namun peneliti masih dituntut untuk untuk membuat kesimpulan dengan melakukan pengamatan selintas terhadap tingkahlaku yang sedang diamati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar